Selamat Hari Ayah, Papa.

7:02 AM

Tadi malam entah kenapa aku dan adikku, Bella, menghabiskan waktu berjam-jam lamanya bercerita tentang Papa, dari yang membuat kami tertawa hingga membuat mata kami berkaca-kaca. Lucunya, saat bercerita, kami berdua sama sekali nggak tahu kemarin adalah hari ayah. Aku justru baru sadar hari ini setelah melihat twitter. Jadi, karena aku belum ngucapin selamat hari ayah ke Papa, dan karena mengucapkan selamat hari ibu maupun hari ayah kepada orang tua kami bukanlah sebuah tradisi atau hal yang sering kami lakukan, maka biar kali ini aku menulis tentang Papa.

Jangan bayangkan kalau Papaku adalah sosok yang sempurna. Papa mungkin bukan seperti ayah orang-orang lainnya, yang kesuksesan dan pencapaiannya dalam hidup bisa dijadikan inspirasi, yang setiap perbuatan dan perkataannya selalu bijaksana dan bisa dikutip buat dipamerin di twitter atau blog, yang semua pengalaman hidup dan pola pikirnya bisa dijadikan panutan. Papa juga nggak memberikan kami apa yang didapatkan orang-orang zaman sekarang dari ayah mereka, seperti kendaraan atau gadget mewah, atau siap untuk mengusahakan anaknya agar masuk ke sekolah A atau instansi B, atau memberikan apapun yang sedang kami inginkan.

Nggak. Papa jauh sekali dari itu.

Tapi aku tahu Papa sayang sekali kepadaku dan kedua adikku. Dan aku selalu tahu, besar rasa sayang Papa kepada kami jauh melebihi besar rasa sayang SEMUA orang di dunia ini yang menyayangi kami.

Dan aku sangat mencintainya.

Dan aku sangat mencintai caranya mencintaiku.

Padahal Papa nggak memberikan kami sesuatu yang sehebat dan sekeren apa yang diberikan ayah lainnya.

Papa cuma selalu gantiin baterai remote AC dan jam dinding kamarku saat baterainya habis karena aku terlalu malas dan tidak mau tahu akan hal itu.
Papa cuma selalu berusaha nganterin aku dan adikku ke kampus walau kampus kami dekat banget dan walau dia belum sempat mandi.
Papa cuma bonceng aku di vespa sewaktu masih kecil buat beli kaset Sheila On 7. Dan sesudah aku besar, dia juga masih nemenin aku beberapa hari lalu buat beli tiket konser Sheila On 7.
Papa cuma masakin nasi diam-diam saat aku lupa buat masak nasi, biar aku nggak dimarahin Mama.
Papa cuma nanya, "Ujian yang pelajaran hitungan kemarin bisa?" atau, "Siapa tadi nama temenmu yang datang ke rumah, boru?"
Papa cuma memilih naik pesawat yang paling murah untuk pulang dari Jakarta biar uangnya dipakai buat beliin aku sepatu baru yang mahal.
Papa cuma tiba-tiba bawain gorengan atau sebungkus besar kerupuk, datengin kami bertiga yang lagi ngumpul sore-sore di ruang keluarga, lalu ikut masuk ke dalam kehebohan kami.
Papa cuma bangun pagi dan ngebiarin kami tetap tidur, lalu dia mulai menyapu halaman.
Papa cuma membiarkan kopi di cangkirnya hampir setiap pagi diam-diam diminum oleh kedua adikku yang dilarang Mama untuk meminum kopi dan bukannya susu di pagi hari.
Papa cuma dengan sengaja muterin radio Prambors dan bukannya koleksi kaset lagu Bataknya saat kami sedang naik mobil bersama.
Papa cuma melakukan hal-hal kecil dan sederhana.
Tapi hal-hal kecil dan sederhana itu membuat kami merasa sangat berharga dan dicintai.

Aku bersyukur kami bertiga tumbuh menjadi orang yang tahu cara menghargai dan mensyukuri hal-hal sederhana, persis seperti Papa.
Dan aku harap Papa pun bisa merasakan kalau rasa cinta kami begitu besar untuknya, lewat cara-cara sederhana kami masing-masing.

Selamat hari ayah, Papa.
Papa tahu, aku selalu bersyukur dan bangga punya Papa.

You Might Also Like

0 comments