Bandung, We're Back!

9:48 PM


After exactly a year, we were finally back to Bandung! 😄

Udah lama pengin weekend getaway ke Bandung tapi kok ya tiap bayangin macet jadinya males. Tapi kemarin mumpung hari merah terakhir sebelum natal, kayaknya bakal nyesal kalau nggak pergi jalan-jalan, so we decided to just go, and it was indeed a good decision. Bi-ti-dabs, I got a feeling it's gon be a long post guys, so just sit back, relax, and grab your snack first.

Persoalan pertama dan utama ke Bandung adalah macet di jalan, apalagi itu hari libur. Jadi kita mutusin buat naik kereta. Unfortunately, tiket kereta buat pergi hari Jumat dan pulang hari Minggu itu udah habis ludes. Jadinya kita beli tiket kereta buat berangkat Sabtu dan pulang naik travel di hari Minggu. Semua udah direncanain, udah bangun subuh-subuh, udah siap-siap yang cepet, tapi ternyata aku masih salah memperhitungkan waktu. Dari KRL yang entah kenapa ketahan nggak kunjung jalan, sampai jalanan ke Gambir yang macet parah karna reuni 212, akhirnya... kita ketinggalan kereta. Tiket kita hangus gitu aja. Kereta berikutnya baru ada malam. Disitu aku speechless banget, kaki aku juga udah lemes mau ambruk karna lari-lari pakai wedges. Nggak cuma kita, ada banyak orang lainnya yang ketinggalan kereta, ku duga ya karna macet reuni 212 itu. Ada yang sampai nangis sesugukan. Semuanya itu bikin aku jadinya ikutan nangis juga. 😅

Akhirnya kita duduk dan pelan-pelan cari travel. Ngecek Tiketux, semua travel yang berangkat pagi udah abis, tinggal ada yang siang. Udah pasrah ke Bandung cuma bakal numpang makan malam dan tidur doang, terus kita iseng coba nelpon travelnya buat tanya langsung. Beruntungnya waktu nelpon Xtrans mereka bilang masih ada yang kosong dan berangkat sejam lagi. Mood langsung membaik dan kita langsung berangkat kesitu. Jadi tipsnya nih, kalau di Tiketux udah nggak ada bangku, coba langsung ditelpon aja, karna siapa tau ada armada tambahan yang berangkat dan nggak terdaftar di web. Oh iya sedikit juga review naik Xtrans (IDR 105k per person), kita suka banget sih, kursinya nyaman, nggak bikin punggung atau leher sakit, dan terutama kita suka ruang gerak kakinya yang lumayan luas karna jarak ke kursi depan nggak terlalu mepet.

Contrary to popular belief, jalanan ke Bandung lancar jaya. Kita tiba hanya dalam jangka waktu sekitar sejam 50 menitan sanking lengangnya. Mungkin karna yang liburan udah pada berangkat kemarinnya. Tapi begitu memasuki Bandung, langsung macet parah. Dari jalan masuk Bandung sampai hampir Cihampelas kita kena macet sejam. Akhirnya kita turun dan langsung menuju wishlist kuliner kita yang pertama yaitu Iga Bakar Si Jangkung di Jl. Cipaganti. Tempatnya lagi lumayan ramai. Kita pesan iga bakar sapi dan iga bakar kambing (IDR 35k per porsi belum termasuk nasi). Both were sooo gewd. Biasanya iga disajikan lengkap dengan tulangnya, tapi di sini dagingnya sudah dipotong-potong tanpa tulang jadi makannya lebih gampang. Dagingnya lembut, bumbunya enak, rasanya pedas manis gurih gitu.

Kelar makan, agenda kita selanjutnya adalah menuju Chinatown. Tapi jalanan macet parah kemana-mana. Tips lagi nih kalau jalanan macet, naik ojek online aja udah, daripada sayang waktunya. Hitungannya juga masih lebih murah walaupun naik dua ojek, karna naik taxi online udah pasti mahal karna macet dan high demand.

Sampai di Chinatown, seperti yang kuduga tempatnya bakal rame banget. Kita beli tiket masuk (IDR 20k per orang) dan dapet merchandise berupa pin chinatown gitu. Masuk ke dalam, langsung berasa beneran di pekampungan di China. Semua desain di dalamnya khas Tionghoa banget gitu. Di deket pintu masuk ada tempat barang-barang antik Tionghoa. Kemudian di kiri kanan ada banyak yang jual makanan yang mana semuanya halal. Ada beberapa coffee shop yang sampai ke lantai 2, jadi bisa melihat pemandangan Chinatown dari atas. Ada stall permainan juga semacam di pasar malam. Terus ada banyak tempat duduk outdoor, sedikit area tempat duduk indoor. Ada area panggung juga yang menampilkan performance bermacam-macam. Ada banyak spot foto dimana-mana, dan yang paling kita suka dan menurut aku adalah highlight dari semuanya adalah lampion-lampion warna warni yang cantik yang bergelantungan di atas Chinatown ini. Seluruh area di Chinatown itu pokoknya Instagramable banget!







Yang paling banyak kita lakukan udah tentu foto-foto. Jalan dikit, foto. Duduk bentar, foto. Di sela-selanya kita ngemil doang karna udah rencana mau makan ke pecinan yang di Cibadak setelahnya. Kita nyobain Ice Cream yang lupa namanya apaan (IDR 35k untuk dua rasa), terus kita juga ada beli semacam lok lok yang selain juga lupa namanya I also forgot to take the picture. Dua-duanya rasanya not half bad. Oh iya, semua pembelian di dalam Chinatown ini harus pakai kartu debit atau kredit, nggak bisa pakai cash.

Kemudian beneran nggak terasa hari mulai menggelap. Pemandangan pun semakin bagus lagi karena lampu lampionnya mulai menyala, so we took more pictures. Sampai di sini udah makin mulai kesusahan buat foto karna banyak orang lainnya juga yang mau foto dengan latar lampion. Setelah merasa dapet foto yang diinginkan, kitapun duduk sebentar karna rasanya masih belum rela keluar dari situ. Tiba-tiba orang-orang langsung pada merapat karna di depan panggung ada atraksi fire dance, which is so cool karna aku belum pernah lihat langsung atraksi api, apalagi lengkap dengan minyak yang disemburin dari mulut. Lumayan banget sih bisa nonton itu, melengkapi kepuasan jalan-jalan di Chinatown.









Akhirnya kita keluar dan menuju kawasan pecinan di Jl. Cibadak yang nggak jauh dari situ buat makan. Ternyata di sini ada juga lampion warna-warni yang bikin jalanannya makin cantik dan fotogenic di malam hari. Tempat makannya mostly outdoor di pinggir jalan gitu dan banyak yang non halal, kinda reminds me of pecinan di Jl. Semarang Medan. Kita langsung menuju Nasi Campur 88.

Di Nasi Campur 88, kita pesan dua porsi sekitar jam 7 dan dapet antrian nomor 32. Pembelinya emang rame banget, belum lagi banyak yang mesan buat dibungkus. Tapi yang kita perhatiin, pengerjaan penyajiannya kok lambat banget ya. Dagingnya dipotong pelan-pelan, nasi di piring masih disusun-susun dulu, motong timun aja harus pelan dan rapi banget. Mereka cuma bisa ngerjain kira-kira 10 nomor pesanan dalam waktu satu jam. 😓 Selama menunggu kita sempat makan sekoteng yang dijual di sebelahnya. Kita juga masih sempat selesai bungkusin roti bakar deket situ eventho antrian roti bakarnya nggak masuk akal.

Pesanan kita dateng hampir dua jam kemudian. Nasi campur (IDR 50k per porsi) sudah termasuk kuah sop dan teh hangat. Untuk rasa, aku rada di tengah-tengah gitu sih. Baksonya aku suka karna memang enak. Babinya lumayan banyak, tapi buatku rasanya so so aja. Yaah, lumayan lah buat mengobati kerinduan makan chinese food Medan, tapi kalau mengingat antrinya yang selama itu, kurang worth it sih. Ini kuliner yang cukup dicobain sekali untuk cukup tau rasanya doang, nggak bikin pengin balik lagi. Oh iya, sedikit review roti bakar yang nggak tau apa namanya (IDR 35k) yang kita beli dari sebelah Nasi Campur 88, ini enak banget gaeees! Kita pesan yang keju coklat. Ini porsinya buanyak, ada dua baris roti panjang gitu, cukup buat rame-rame. Kita aja masih makanin sisa roti ini sampai esok harinya karna masih sisa banyak dan masih enak.




Keesokan harinya kita coba jalan ke Skywalk Cihampelas atau disebut dengan Teras Cihampelas. Aku lihat ini semacam taman, trotoar, dan berbagai kios yang dibuat di jalan khusus agar lebih nyaman untuk dinikmati pejalan kaki. Agak bikin bingung sih, karna skywalk ini nggak menghubungkan dua tempat atau jadi jalan shortcut buat entah kemana gitu, ke CiWalk misalnya. Cmiiw, tangganya juga cuma ada di kedua ujung dan ada lift di tengah. Tapi ya, skywak ini asik-asik aja kok. Lumayan lah buat jalan, duduk-duduk, belanja ataupun ngemil.





Kemudian kita juga mampir ke Cihampelas Walk (Ciwalk). Ini mall dengan outdoor concept gitu, ada banyak tanaman, ada skywalk-nya juga. Lumayan buat yang bosan dengan mall dengan konsep gedung indoor tinggi dengan lift dan eskalator. Desain beberapa tempat makan di dalamnya juga bagus-bagus. Kalau tinggal di Bandung, ini jadi tempat hangout yang asik sih. Waktu kita kesitu juga udah ada Christmas decoration and a really huge Chrismas tree, so I bet it's a lot prettier at night.



Mumpung kita di Bandung, rasanya sayang banget kalau makan di mall. Jadi kita mutusin buat lanjut kulineran. Tujuan kita yaitu ke jalan Gempol karena di sini ada dua tempat makan yang legendaris yaitu Kupat Tahu Gempol dan Roti Gempol. Pertama-tama kita ke Kupat Tahu Gempol (IDR 17k per porsi), sesampainya di sana sempat bingung apa kita di alamat yang benar karna tempat jualannya sederhana banget, cuma ada satu gerobak gitu dan dua meja, dan yang lagi makan juga cuma ada dua orang doang (cmiiw, kupat tahu ini bukanya cuma waktu breakfast and it was almost lunch time when we came). Setelah duduk dan makanannya dateng, jujur awalnya aku agak skeptis karna ini pertama kalinya aku makan kupat tahu, dan aku nggak begitu suka ketupat dan toge. Tapi setelah coba makan... whoa, that was actually pretty bomb! Kuah kacangnya enak banget. Ditambah tahu dan kerupuk merah yang menurut aku kerupuk paling pas buat dimakan sama kuah kacang, it was perfect. We definitely want to come back.




Selanjutnya kita langsung ke Roti Gempol. Letak Roti Gempol ini berada di jalan belakangnya Kupat Tahu Gempol, nggak jauh sih, tapi waktu nanya orang di situ, kita disuruh lewat jalan pintas aja. Jadi ada jalan kecil di antara warung di samping Kupat Tahu Gempol dan itu bisa tembus keluar langsung di depan Roti Gempol. Jadi serasa lagi dalam secret mission menemukan kuliner legendaris yang tersembunyi (halah). Begitu sampai di sini, aku langsung teringat sama novel Dee yang Madre karena tempatnya yang tetap mempertahankan decor aslinya sejak zaman dulu.

Karna sebenernya udah kekenyangan, kita cuma pesan satu roti bakar. A little tip, juga pengingat untuk diri sendiri biar nggak sampai food coma kayak kemarin, kalau nginap di Bandung nggak usah ambil breakfast di hotel. Langsung ke jalan Gempol aja kalau mau sarapan. Kita pesan roti Gandum Perseorangan Komplit daging telur dan keju (IDR 20k), susu murni dingin (IDR 7k), dan Addictea rasa Green Tea size small (IDR 12k). Roti bakarnya emang beneran enak, pantesan legendaris. Aku suka mereka ada nyediain menu roti gandum for healthier option biar nggak ngerasa dosa-dosa amat. Susu-nya pecah, bukan pecah enak tapi pecah bergumpal-gumpal terpisah gitu, so a little bit iyeuh. Terus yang justru jadi bintang dari kunjungan kali itu adalah Addictea! Ini enak banget deh sumpah sampai mau nangis minumnya. 😭 Nyesel banget kekenyangan dan cuma beli yang small. Nyesel nggak borong banyak-banyak, karna dari baca kemasan belakangnya sih kayaknya ini cuma ada di Bandung. Jadi penasaan nyobain rasa-rasa lainnya.

Akhirnya sudah saatnya kita pulang. Kita naik Lintas travel. Also a lil review, mobilnya emang bagus, tampak baru ya. Tapi ruang kakinya sempit banget deh. Kursinya juga nggak enak, kurang nyaman. Bikin nggak enak buat tidur karna punggung dan leher lama-lama sakit, eventho udah mundurin kursi dikit.

So that's about it I guess. 😄 Overall it was a really nice trip and I am so grateful. I hope you enjoy my travel story and my mini review about everything. And let me know if you want to read more about me and my boyfriend food adventure because we're such a foodie couple.

I'll see you on my next one!

You Might Also Like

1 comments

  1. Nikmat makanan khasBandung, pengen makan lagi kak, selain dibandung tempat lain ada gak yah jual makanan kaya gini
    Terimakasih artikelnya kak

    ReplyDelete